Senin, 07 Mei 2012

just artikel


Sepakbola Itu Seni. Bukan Sekedar 2x45 Menit 


 Joga Bonito sebuah phrase daribahasa Portugal yang sering didengar oleh masyarakat sepak bola. Secara harafiah jogar berarti bermain dan bonito bermakna indah. Tidak dapat dipungkiri jika setiap indra dalam tubuh manusia secara fisiologis sangat peka dan menikmati oleh sebuah rangsang berupa keindahan, terutama indra penglihatan yang secara kompak bersama setiap sel otak menangkap keindahan dan mengeluarkan respon tubuh berupa good mood serta kegembiraan. Begitu juga keindahan dalam sepak bola.



Di tengah lapangan mata akan dimanjakan dengan atraksi-atraksi pemain secara individu, juga permainan kolektif dari sebuah tim dalam melakukan penyerangan serta pertahanan. Racikan strategi dan cara bermain dari pelatih tidak ubahnya dapat dinikmati layaknya kita menikmati sebuah orchestra yang dipimpin oleh conductor. Saat tempo mengalun pelan kita terbuai masuk dalam alunan itu, beitu pula saat ritme cepat jantungpun ikut berpacu. Tidak heran jika sepak bola menjadi sportainment, olah raga dan juga hiburan yang merajai industry olah raga dunia.
Itu yang terjadi dalam lapangan, dan terjadi hanya 2x45 menit. Di luar lapangan? Keindahan sepak bola juga tak luntur. Apabila ada salah satu produser sinetron yang hendak mengangkat sebuah kisah penuh cerita suka, duka, konflik, kepentingan, loyalitas, dan fanatisme yang memiliki stok episode unlimited, saya akan merekomendasikan kisah sebuah klub kebanggaan kera-kera Ngalam, Arema.

Jangan menutup mata, memang begitulah adanya. Apa yang tersaji semenjak 1987 hingga detik ini merupakan keindahan alunan Arema di luar lapangan yang menyuguhi kita dengan rentetan drama. Apakah dualism merupakan klimaksnya? Bisa dibilang iya. Lihatlah performa Arema yang berlaga di Indonesian Super League, hati Aremania-Aremanita mana yang tak sedih? Dari lima laga hanya memperoleh satu poin, pelatih diputus kontraknya pasca laga keempat, dan jadi bulan-bulanan tim lawan di hadapan Aremania-Aremanita.

Setali tiga uang dengan nasib Arema yang berlaga di Indonesian Premiere League, bermain cantik di lapangan dengan pemain yang mayoritas mengantarkan Arema menjadi juara di tahun 2009 dan runner up di tahun 2010 tidak menjadi jaminan terbebas dari konflik. Rumor pemecatan pelatih dan pemain, pembentukan tim baru, bayang-bayang eksodus adalah rangkaian konflik yang dialami. Itulah keindahan Arema diluar lapangan dimana kejutan ceritanya selalu menarik disimak dan selalu ditunggu-tunggu. This is Arema!

Asik sekali menyimak twit dari akun @we_aremania senin pagi, 9 January 2012 ini yang menganalogikan sepak bola dengan industry hiburan. Penonton merasa terhibur akan datang, penonton tidak terhibur akan meninggalkan. Tapi tidak dengan supporter, supporter akan tetap berada di atas tribun meneriakan yel-yel dan nyanyian dukungan terhadap klub kesayangan. Yang menjadi poin adalah bagaimana menjadi supporter yang sekaligus menjadi penikmat keindahan drama-drama sepak bola.

Dalam menikmati keindahan sebuah drama bolehlah kita masuk dalam alurnya ikut merasakan suka, duka, tangis, dan tawa. Namun yang harus digaris bawahi jangan berlebihan. Malu rasanya apabila sepasang suami istri harus bertengkar akibat terbawa konflik sinetron yang dilihatnya. Begitu juga dengan menikmati keindahan Arema yang saat ini tengah berada di plot konflik.

Rasa rendah hati dan saling menghargai sangat diperlukan dalam menyikapi klub kebanggaan. Semua pasti ingin hanya ada satu Arema, oleh karena itu terlalu sensitive dalam menyikapi juga hal yang muspro. Ibarat peribahasa jawa mburu uceng kelangan deleg jangan sampai hanya karena sesuatu yang kecil kita mengorbankan suatu yang besar, persatuan Aremania-Aremanita.

Keindahan Arema sekarang menapaki babak konflik utama/ klimaks, waktu akan menuntun pada babak konklusi. Happy ending atau tragedy ? Kita usaha dan doakan agar menjadi Happy ending dan akan indah pada waktunya. Football is Art! Include Arema.

Sumber:http://wearemania.net/index.php/aremania-voice/1413-sepakbola-itu-seni-bukan-sekedar-2x45-menit


Niken  Rina
Math '08
KK-PPL '12

0 komentar:

Posting Komentar